Texas Menolak Tebusan Cracker Alhasil Jaringan 22 Kota Normal Kembali

Texas Menolak Tebusan Cracker Alhasil Jaringan 22 Kota Normal Kembali

txsafeguard – Jaringan komputer Pengadilan Texas, Amerika Serikat dihantam peretas ransomware pada Jumat( 8 Mei 2020). Serang siber itu melanda Kantor Administrasi Pengadilan( OCA), penyedia teknologi infromasi buat pengadilan memadankan serta lembaga peradilan negera bagian dari Texas Judicial Branch. Dampak serangt itu, situs website serta server dinonaktifkan buat menghindari penyebaran fitur lunak jahat ( malware), begitu semacam diambil dari BleepingComputer, Senin( 11 Mei 2020).

Serang itu pertama kali ditemui pada Jumat dini hari. Tetapi, serang tidak terpaut dengan pengadilan jarak jauh di tengah pandemi virus corona( Covid- 19). Di akun Twitter- nya, Pengadilan Texas(@TxCourts) mengantarkan, grupnya tengah membenarkan jaringan. Serang siber pula diklaim tidak pengaruhi email, eFileTexas, ataupun reSearchTx. Direktur Administrator OCA, David Slayton, berkata, jaringan masih akan dinonaktifkan sampai pelanggaran sistem ditangani.

Texas Menolak Tebusan Cracker Alhasil Jaringan 22 Kota Normal Kembali

“ Tidak terdapat indikasi kalau informasi sensitif apa juga, tercantum informasi pribadi diretas. Tidak hanya itu, guna TI dalam peradilan negera, jaringan pengadilan sidang individual di semua negera bagian pula tidak terbawa- bawa dari serang siber,” kata David. OCA melaporkan tidak akan membayar uang tebusan yang diminta peretas. Bertugas serupa dengan Departemen Sumber Daya Informasi Texas( DIR) serta otoritas keamanan lain, OCA masih berupaya memperbaiki informasi yang terkena dampak. Serang ransomware biasa mengunciu komputer ataupun jaringan serta peretas biasa meminta uang tebusan. Bila korban tidak ingin membayar uang tebusan, dasar informasi yang dicuri akan dibocorkan di internet ataupun dihapus, tergantung dari motif peretas.

Texas Menolak Tebusan Cracker Alhasil Jaringan 22 Kota – Tahun kemudian, pada 16 Agustus, Texas pula mengalami serang ransomware terkoordinasi yang melanda 23 pemerintah kota. Kejadian itu diselidiki otoritas Texas lokal semacam DIR, Texas Divisi Manajemen Darurat, serta Departemen Militer Texas, dan lembaga- lembaga federal semacam DHS, FBI- Cyber, serta FEMA. Penyerang meminta tebusan kolektif sebesar US$ 2, 5 juta buat membagikan dekripsi pada seluruh entitas Texas yang terkena dampak. Tetapi, forum wali kota memutuskan buat melawan peretas serta menyangkal pembayaran.

Serangan masif ransomware malware yang membegal sistem jaringan komputer terhadap di 22 pemerintah kota( bukan 23 kota semacam diberitakan sebelumnya) di Texas, Amerika Serikat? Kabar terbaru, pemkot-pemkot itu kesimpulannya serupa sekali tidak mengikuti permintaan tebusan dari orang peretas, begitu semacam diambil dari ZDNet, yang diakses Sabtu( 7 September 2019). 3 minggu sehabis kejadian terjadi,Departemen Sumber Daya Informasi Texas( DIR) berkata, kalau lebih dari setengah pemkot yang terserang akibat saat ini sudah kembali beroperasi semacam biasa.

Serang masih serta terkoordinasi itu terjadi pada 16 Agustus kemudian saat para peretas mengganggu jaringan melalui ransomware Sodinokibi( REvil). Peretas meminta tebusan kolektif dari semua 22 kota serta kabupaten senilai US$ 2, 5 juta( sekitar Rp 35, 17 miliyar) dalam Bitcoin, catat NPR. Dalam serang ini, Texas langsung berperan cepat semacam yang dicoba Louisiana saat diserang ransomware di 3 sekolahnya. Apalagi, Louisiana memutuskan peristiwa itu sebagai darurat bencana.

Texas pun mengerahkan regu siber gawat buat menangani infeki. DIR Texas mengerahkan para ahli dari lebih dari 10 lembaga pemerintah serta mitra sektor swasta buat menolong jaringan lekas membaik. Sebagian kota memperbaiki sistem dari persediaan informasi, sebaliknya yang lain membuat kembali jaringan dari awal. Inilah yang membuat pemkot tidak perlu membayar uang tebusan. Serbuan ransomware bertambah sepanjang semester I 2019 di Amerika Serikat. Sebagian kota yang diserang apalagi wajib berserah buat membayar tebusan yang ditawarkan peretas, semacam Riviera City, Florida, Lake City, Florida, serta Jackson County, serta Georgia.

Keputusan mereka membayar itu sudah menuai kritik dari publik, paling utama para pembayar pajak. Survey IBM yang diterbitkan minggu ini pula membuktikan kritik itu. Sebesar 60 persen responden( pembayar pajak AS) menentang pemkot memakai perhitungan negeri buat membayar uang tebusan permintaan peretas. Kebalikannya, 90 persen responden berkata mereka akan mendukung pemerintah AS tingkatkan pendanaan federal buat tingkatkan keamanan siber kota. Gelombang penolakan itu memanglah beralasan. Karena, peretas dapat terus menjadi berani buat melanda sebab terdapat beberapa kota yang takluk serta memilih melunasi.

Baca Juga : Penjelasan Tentang Sejarah Departemen Keamanan Publik Texas

Terlebih, catat ZDNet, terdapat perusahaan asuransi yang mengarah menyarankan pemerintah buat membayar tebusan ternyata menutupi biaya besar membuat kembali jaringan TI dari awal. Minggu ini pula muncul permintaan tebusan uang dari peretas yang mengirim ransomware ke Pemerintah kota Massachusetts senilai US$ 5, 3 juta( sekitar Rp 74, 56 miliyar). Ajuan itu ditolak serta pemkot memutuskan buat memulihkan dari persediaan walaupun awal mulanya mau membayar US$ 400. 000( sekitar Rp 5, 6 miliyar)

Sebagai pembelajaran buat kota-kota yang lain, Pemerintah Texas juga membuat sejenis langkah-langkah yang dapat diaplikasikan bila kota-kota lain terserang ransomware, antara lain:
– Cuma memperbolehkan otentikasi akses jarak jauh ke perangkat lunak dari dalam penyedia jaringan
– Maanfaatkan otentikasi 2 aspek pada perlengkapan administrasi jarak jauh serta Jaringan Pribadi Virtual( VPN) dari aturan desktop jarak jauh( Remote Desktop Protocol)
– Memblokir kemudian rute jaringan masuk dari Tor Exit Nodes
– Membekukan kemudian rute jaringan keluar ke Pastebin
– Maanfaatkan Penemuan serta Jawaban Titik Akhir( Endpoint Detection and Response) buat mengetahui Powershell( PS) yang melaksanakan proses yang tidak biasa.

Informasi dari Cybersecurity Ventures memperkirakan kalau keursakan dari serang ransomware pada tahun kemudian sudah membuat kerugian sampai US$ 8 miliyar di dunia. Tadinya, Sekretaris Keamanan Tanah Air Kirstjen Nielsen pada kegiatan KTT Keamanan Siber di New York, mengatakan ancaman serang digital lebih serius dari ancaman tradisional yang lain.” Serang siber saat ini melebihi ancaman serangan fisik. Ini memkasa kita mempertimbangkan kembali keamanan nasional,” kata ia. Pada pertemuan itu, dia pula memublikasikan pembuatan Pusat Manajemen Risiko Nasional( National Risk Management Center), yang berperan sebagai tim cepat tanggap untuk korban serang ransomware. Karena, kata ia, masih terdapat saja masyarakat yang tertinggal zaman.” Aku masih mengikuti mengenai banyak orang yang menelepon 911 saat mereka terletak dalam serang siber,” kata Nielsen.

Related Post