txsafeguard – Para pemimpin Gereja Katolik di Texas mengatakan 286 pemimpin diduga melaksanakan pelecehan seksual pada anak- anak. Jumlah ini lumayan besar bila merujuk informasi yang dirilis dewan juri pengadilan Pennsylvania pada Agustus 2018. 4 simpati keuskupan di Texas mengatakan para imamnya diprediksi melaksanakan pelecehan seksual kepada anak di bawah umur. Salah satunya keuskupan yang tidak mengatakan nama merupakan Fort Worth, yang melaksanakan perihal seragam pada satu dekade kemudian serta sudah melaksanakan identifikasi ulang.
Gereja Di Texas Menyebutkan 286 Imam Yang Diduga Melakukan Pelecehan Seksual – Begitu juga diwartakan Associated Press( AP), cuma terdapat sebagian negara bagian di mana hampir tiap keuskupan menghasilkan nama pemimpin yang diduga melaksanakan pelecehan seksual. Kebanyakan dari negara- negara bagian ini cuma mempunyai satu ataupun 2 distrik Kristen. Arkansas misalnya, yang diwakilkan Keuskupan Little Rock, pada September memberikan daftar 12 mantan pemimpin, diakon, serta yang lain. Oklahoma yang mempunyai 2 area, Keuskupan Agung Kota Oklahoma serta Keuskupan Tulsa.
Gereja Di Texas Menyebutkan 286 Imam Yang Diduga Melakukan Pelecehan Seksual
Keuskupan Agung Kota Oklahoma dijadwalkan secara terbuka mengenali para pemimpin yang dituduh melaksanakan pelecehan seksual pada 28 Februari mendatang. Sedangkan Keuskupan Tulsa mengungkap terdapat 2 mantan pemimpin yang dituduh melaksanakan pelecehan seksual. Tahap para atasan Gereja Katolik di Texas ini menyusul informasi mencengangkan dari dewan juri pengadilan Pennsylvania yang dikeluarkan pada Agustus 2018.
Mereka mengeluarkan informasi investigasi yang menciptakan kenyataan lebih dari 300 pastor melaksanakan pelecehan serta kesalahan seksual kepada sekitar seribu anak, baik pria serta wanita, selama 70 tahun terakhir. Jaksa Agung Illinois memberi tahu bulan kemudian, paling tidak 500 pemimpin Katolik di negara bagian itu sempat melaksanakan pelecehan seksual kepada anak- anak. Pada bulan- bulan setelah informasi Pennsylvania dirilis sekitar 50 keuskupan sudah merilis nama hampir 1. 250 pemimpin yang dituduh melaksanakan pelecehan.
Sekitar 60 persen dari mereka sudah meninggal dunia. Dekat 30 keuskupan lain lagi menyelidiki ataupun berkomitmen akan menghasilkan nama- nama pemimpin yang dituduh melaksanakan pelecehan seksual. Di Texas, Keuskupan Dallas serta sebagian yang lain memercayakan pensiunan polisi serta penyidik federal buat meninjau arsip gereja serta materi lain yang mendukung penyelidikan dugaan pelecehan seksual. Kepala Keuskupan Agung Galveston- Houston, Kardinal Daniel N. DiNardo yang pula Pimpinan Rapat Uskup- uskup Katolik AS direncanakan mendatangi pertemuan pada Februari yang diadakan Paus Fransiskus.
Pertemuan dilakukan buat membuat para atasan gereja di semua dunia peka kepada penderitaan korban pelecehan intim. Paus mau memberitahu gimana menyelidiki permasalahan pelecehan intim serta protokol yang harus dipakai gereja.” Para Uskup Texas menyudahi buat menguak nama para pemimpin ini sebab dirasa benar serta seimbang serta buat membantu kesembuhan untuk mereka yang sudah menderita. Atas nama seluruh pelaku, aku mengantarkan permintaan maaf yang tulus. Gereja kita sudah terkoyak oleh cedera ini serta kita harus mengutip tindakan buat menyembuhkannya,” ujar DiNardo semacam diambil AP. Para pendukung korban pelecehan seksual mengatakan gereja mempunyai catatan buruk hal penegakan hukum untuk pelakon pelecehan intim sepanjang sebagian dekade.
Baca Juga : Inilah Cryptocurrency Dianggap Pemicu Ramainya Serangan Ransomware Di Texas
– Respons Paus Fransiskus
Paus Fransiskus menghasilkan pesan mengutuk tindakan kekerasan seksual yang banyak terjadi di area gereja Katolik. Tetapi, dalam suratnya Paus belum memberikan solusi terhadap insiden itu. Pada Senin( 20 atau 8 atau 2018) waktu setempat, Paus mengajak semua anggota gereja Kristen buat berharap serta berpantang dalam rangka penebusan kesalahan atas kesalahan kekerasan serta pelecehan seksual. Pesan itu dikeluarkan Paus tidak lama setelah dewan juri pengadilan Pennsylvania pada Selasa( 14 atau 8) mengeluarkan informasi investigasi yang menemukan kenyataan kalau lebih dari 300 pastor melaksanakan pelecehan serta kesalahan seksual kepada sekitar seribu anak, baik pria serta wanita, selama 70 tahun terakhir.
” Dengan rasa malu serta penyesalan, kita mengakui sebagai komunitas gerejawi kalau kita tidak terletak di tempat kita sepatutnya, kalau kita tidak berperan tepat waktu, mengetahui besarnya kehancuran yang sudah terjadi pada banyak kehidupan,” ucap Paus Fransiskus semacam diambil The New York Times, Selasa( 21 atau 8 atau 2018).” Kita tidak menampilkan perhatian kepada anak- anak serta kita meninggalkan mereka,” tambahnya. Dalam pesan itu, Paus pula mengakui pengumuman yang dikeluarkan oleh dewan juri pengadilan Pennsylvania. Catholic News Agency menulis, Paus pula menyatakan dukungan buat para korban kekerasan seksual serta keluarga mereka.
Paus berkata, beberapa kasus- kasus yang terbongkar baru- baru ini merupakan permasalahan” kepunyaan masa kemudian”, bersamaan berjalannya waktu, para korban serta penderitaan mereka juga terus menjadi terungkap.” Mari kita harap pengampunan buat kesalahan kita sendiri serta kesalahan orang lain,” kata Paus.” Pemahaman akan kesalahan membantu kita buat mengakui kesalahan, kesalahan, serta cedera yang diakibatkan era kemudian serta membolehkan kita lebih terbuka serta berkomitmen buat pergantian.” Sepanjang 2 dekade terakhir, semacam ditulis New York Times, gereja Kristen sering tidak mengakui skandal pelecehan seksual yang terungkap di paroki ataupun keuskupan di banyak negara serta merahasiakannya.
Walaupun Paus hendak membenarkan kalau pelanggaran serupa tidak akan terjadi lagi di area gereja, pesan itu mengundang kritik dari beberapa korban yang kecewa serta frustasi dengan perkata Paus. Semacam diambil dari Associated Press, Vatikan tidak mengatakan dengan cara rinci tindakan apa yang akan dilakukan buat pergantian. Paus cuma berkata:” Kita sudah menunda aplikasi langkah- langkah serta sanksi yang dibutuhkan, tetapi kita percaya mereka akan membantu menjamin budaya yang lebih baik di era depan.” Para korban pula kecewa dengan jawaban Vatikan yang” terlambat” membenarkan kelakuan pelecehan serta kekerasan seksual kepada anak- anak di area gereja mereka. Vatikan sepanjang ini dikira menutup mata, melindungi, serta tidak memidana pelaku selama sebagian dekade.
” Budaya itu diawasi#Vatikan serta dikodifikasikan dalam ketetapannya,” tulis Colm OGorman, korban kekerasan seksual di Irlandia yang menggerakkan demonstrasi buat para penyintas di Dublin sepanjang kunjungan Paus. Pada Februari 2018 kemudian, setelah terkuaknya kasus di Chili, Paus Fransiskus memperbarui keahlian suatu komisi yang mengelola kasus- kasus pelecehan seksual yang dilakukan para pemuka agama Katolik. Diwartakan Reuters, Kardinal AS, Sean OMalley dari Boston didapuk jadi pimpinan. Komisi baru itu diisi oleh para akademisi, psikolog, para pemimpin serta suster. Terdapat 10 anggota yang bukan berstatus pemimpin ataupun jago agama Kristen; 8 di antara lain wanita, tercantum 3 biarawati. Mereka berawal dari bermacam negara.
Komisi yang serupa sebetulnya sudah melaksanakan tugas sepanjang satu periode( 3 tahun) yang selesai pada Desember 2017 kemudian. Tetapi, penampilan komisi ini masih jauh dari impian. Malahan, 2 anggotanya yang penyintas mengundurkan diri. Sebabnya, mereka frustrasi sebab minimnya pergantian yang sudah dicapai. Para Pejabat Vatikan juga enggan bertugas sama. Marie Collins, salah satu penyintas dari Irlandia yang mengundurkan diri dari keahlian komisi melaporkan betapa buruk pengalaman pelecehan yang ia alami serta akad tanggung jawab dari para uskup yang tidak terdapat maksudnya.” Beritahu kita apa yang akan Kamu jalani buat membuat mereka bertanggung jawab. Seperti itu yang mau kita dengar. Kita lagi berupaya bukanlah perihal yang mau kita dengar dalam beberapa dekade terakhir,” ujar Collins lewat akun Twitter- nya.